BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuntutan akan persaingan yang semakin berat di era
globalisasi dengan di
warnai maraknya inovasi juga dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat sebuah industri harus merubah pradigma yang semula mengandalkan pada resource based menjadi knowledge based yang bertumpu pada ilmu pengetahuan tertentu. Dengan kata lain, kompetisi saat ini tidak lagi berdasarkan pada sumber daya alam semata, namun berpindah pada pemanfaatan sumber daya manusia secara optimal. Pemanfaatan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui peningkatan potensi kreativitas, inovasi dan skill sehingga dapat meningkatkan produktivitas suatu industri. Dalam hal ini knowledge management (KM) memiliki peranan untuk menuntun pengelolaan intangible assets yang menjadi pilar perusahaan dalam menciptakan sebuah nilai kepada pelangganya. King (2001), menganggap knowledge management (KM) sebagai strategi penting bagi perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Hal ini didukung dengan adanya kebutuhan akan sebuah knowledge yang diharapkan mampu mengarahkan perusahaan tetap handal, berkesinambungan dan memiliki daya saing yang tinggi dalam menghadapi persaingan. Tanpa produk dan layanan yang inovatif, perusahaan akan tertinggal dari para kompetitornya. Dalam penerapannya knowledge management (KM) dibagi menjadi dua, yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge.
warnai maraknya inovasi juga dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat sebuah industri harus merubah pradigma yang semula mengandalkan pada resource based menjadi knowledge based yang bertumpu pada ilmu pengetahuan tertentu. Dengan kata lain, kompetisi saat ini tidak lagi berdasarkan pada sumber daya alam semata, namun berpindah pada pemanfaatan sumber daya manusia secara optimal. Pemanfaatan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui peningkatan potensi kreativitas, inovasi dan skill sehingga dapat meningkatkan produktivitas suatu industri. Dalam hal ini knowledge management (KM) memiliki peranan untuk menuntun pengelolaan intangible assets yang menjadi pilar perusahaan dalam menciptakan sebuah nilai kepada pelangganya. King (2001), menganggap knowledge management (KM) sebagai strategi penting bagi perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Hal ini didukung dengan adanya kebutuhan akan sebuah knowledge yang diharapkan mampu mengarahkan perusahaan tetap handal, berkesinambungan dan memiliki daya saing yang tinggi dalam menghadapi persaingan. Tanpa produk dan layanan yang inovatif, perusahaan akan tertinggal dari para kompetitornya. Dalam penerapannya knowledge management (KM) dibagi menjadi dua, yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge.
Berdasarkan pengertiannya tacit knowledge dikategorikan sebagai personal knowledge (knowledge
yang diperoleh dari individu/perorangan), sedangkan explicit knowledge merupakan segala bentuk knowledge yang telah direkam dan didokumentasikan sehingga nantinya
lebih mudah untuk dikelola dan didistribusikan. Dalam sebuah riset yang
dilakukan oleh Delphi Group menunjukkan
bahwa knowledge yang tersimpan dalam sebuah perusahaan terbagi atas 42%
berada di pikiran (otak) karyawan, 26% berupa dokumen kertas, 20% berupa
dokumen elektronik, dan sisanya 12% berupa knowledge
based elektronik (Setiarso, 2009). Dengan begitu, implementasi knowledge management pada sebuah industri
berujuan untuk merangsang munculnya inovasi dan menyediakan kanal yang luas untuk
munculnya ide-ide yang kreatif dan knowledge
yang baru dari sleuruh anggota persahaan. Selain itu, penerapan knowledge management melalui kolaborasi
dan penyediaan knowledge, akan
mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikan inovasi menjadi sebuah
produk untuk pelanggan, menjadi lebih singkat.
Namun, saat ini banyak program knowledge management (KM) yang gagal karena kurangnya pengetahuan
dalam KM dan pengetahuan di industri tersebut (Guptara, 2000). Jika sebuah industri
tidak mengetahui knowledge apa yang
telah dan belum dimilikinya, serta knowledge
apa yang penting baginya, maka akan sulit dan sangat beresiko untuk
mengimplementasikan strategi perusahaan dan hanya akan mensia-siakan sumber
daya yang ada. Sehingga, dibutuhkan adanya tahapan pengauditan akan knowledge management yang lebih dikenal
dengan knowledge audit (KA). Knowledge audit sendiri merupakan tahapan
untuk program knowledge management
dalam membantu memberikan identifikasi, kualifikasi, pengukuran dan penilaian
yang akurat terkait tacit dan explicit knowledge pada sebuah industri.
Menurut Hylton (2002), knowledge audit merupakan
sebuah ujian sistematis dan bersifat ilmiah serta sebuah evaluasi dari explicit dan tacit knowledge perusahaan. Knowledge
audit mampu mengungkapkan kebutuhan, kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman
dan resiko akan knowledge management.
Penerapan knowledge
management serta knowledge audit
berkaitan erat dengan business process performance
dan revenue sebuah industri. Menurut
Tobing (2007), penerapan pengelolaan knowledge
management (KM) yang efektif sebenarnya dapat dilihat jika KM sudah
memberikan dukungan terhadap proses-proses utama di perusahaan, misalnya:
proses penyempurnaan proses bisnis, intelijen bisnis (business intelligence), pengembangan produk dan inovasi. Biasanya
integrasi knowledge dengan proses
bisnis dapat dilakukan oleh personil yang menjadi penanggung jawab dan
eksekutor suatu proses.
Penerapan
knowledge management pada sebuah perusahaan
merupakan sebuah proses yang panjang dan membutuhkan waktu yang lama, serta
mencangkup perubahan perilaku semua karyawan yang tidak mungkin dilakukan
dengan mudah karena dibutuhkan sosialisasi yang memakan waktu. Seperti halnya
perusahaan konstruksi dimana sudah cukup banyak perusahaan konstruksi yang
menerapkan knowledge management. Namun,
seringkali melupakan apakah penerapan yang dilakukan sudah baik dan mampu meningkatkan
proses bisnis perusahaan yang akan berujung pada peningkatan revenue perusahaan. Beberapa jurnal yang
membahas mengenai knowledge management
hanya sebatas melihat apakah penciptaan dan penerapan yang dilakukan sudah
sesuai dengan kondisi perusahaan (Nonaka, 2006). Sedangkan tidak banyak penelitian
yang membahas mengenai pengukuran knowledge
dan melihat apakah dampak yang ditimbulkan oleh KM dapat mempengaruhi business performance dan revenue perusahaan.
Oleh
sebab itu, sebuah industri diharuskan untuk mengukur knowledge management yang telah diterapkan dengan tujuan melihat
apakah penerapan yang dilakukan selama ini sudah efektif. Penelitian ini difokuskan
untuk mengukur dan menaksir kontribusi KM (menerapkan tahapan knowledge audit) dan business performance sebuah industri serta
peningkatan revenue yang dihasilkan
dengan menggunakan metode KP3, framework
IMPaKT, dan BCR. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi
perbaikan dengan melihat hasil pengukuran yang telah dilakukan guna
meningkatkan business peroformance
perusahaan.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian
yang dilakukan memiliki tujuan sebagai berikut:
·
Mengukur
penerapan knowledge management di
sebuah industri konstruksi dengan menggunakan framework IMPaKT.
·
Menaksir
kontribusi knowledge management dan business performance dengan menggunakan
metode KP3.
·
Melihat
peningkatan revenue dari hasil
pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya.
1.3 Batasan Penelitian dan Asumsi
Batasan
·
Penelitian
ini akan dibatasi pada perusahaan konstruksi kelas menengah
·
Penelitian
ini hanya memberikan hasil pengukuran dan penaksiran
Asumsi
Tidak ada perubahan implementasi knowledge management selama penelitian
berlangsung
1.4 Manfaat Penelitian
Perusahaan
·
Mengembangkan
implementasi knowledge management perusahaan
· Mengetahui
hubungan knowledge management, business
performace dan benefit cost bagi
perusahaan
Pekerja
·
Meningkatkan
knowledge management pekerja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar