Kamis, 18 April 2013

Metodologi Penelitian Part 8 >> Literature Review Of My Research


LITERATURE REVIEW OF MY RESEARCH

I. Knowledge Management (KM), Definisi dan Penjabaran
Knowledge diakui sebagai senjata penting dalam mepertahankan keunggulan kompetitif dan mampu meningkatkan kinerja. Tin Chang, (2011) menyatakan bahwa abad ke-21 merupakan abad peralihan  menjadi knowledge economy, dimana proses knowledge dibeberapa perusahaan dapat dikatakan berhasil dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam hal ini, dilihat dengan bagaimana perusahaan mempertinggi kemampuan organisasi untuk mendorong kinerja internal dan daya saing eksternal hingga mampu melewati kreasi knowledge management yang efektif sebagai pekerjaan yang kritis. 

1.1 Definisi KM
Tidak ada definisi yang pasti untuk knowledge management. Hal ini membuat para peneliti memutuskan untuk memberi pengertian menurut pemahaman mereka. 

"Nonaka dan Konno, (1998, pp 40-54) mengemukakan bahwa knowledge dibentuk dalam knowledge platform yang muncul di dalam masing-masing individu, kelompok kerja, kelompok proyek, rapat sementara, e-mail, dan saat bertatap muka dengan konsumen. "

Meskipun pada akhirnya tidak ada definisi yang pasti untuk knowledge management, namun ada salah satu definisi yang seringkali digunakan yaitu berasal dari American Productivity and Quality Centre (APQC).

"Knowledge management adalah sebuah pendekatan yang sistemik yang membantu muncul dan mengalirnya informasi dan knowledge kepada orang yang tepat pada saat yang tepat untuk menciptakan nilai". 

Didalam penerapannya knowledge management terbagi menjadi dua yaitu, tacit knowledge dan explicit knowledge. Berdasarkan pengertiannya tacit knowledge dikategorikan sebagai personal knowledge (knowledge yang diperoleh dari individu/perorangan), sedangkan explicit knowledge merupakan segala bentuk knowledge yang telah direkam dan didokumentasikan sehingga nantinya lebih mudah untuk dikelola dan didistribusikan.
Terdapat empat alasan utama mengapa KM menjadi sangat penting dalam menjalankan organisasi (Dalkir, 2005) :
a.       Globalization of business, yang menyebabkan organisasi harus menerapkan segala sesuatu  yang  bersifat global dalam lingkungan kerjanya, seperti multisite, multilanguage dan multicultural.
b.      Learner organizations. Globalisasi menuntut organisasi untuk bergerak lebih cepat, namun juga membutuhkan pekerja yang cerdas, yang mau belajar untuk maju dan memperbaiki diri.
c.       Corporate amnesia”. Pada masa dimana segalanya menjadi lebih mudah dan dekat, membuat seseorang dapat hidup dalam berbagai macam komunitas, dalam jangka waktu yang berbeda. Keadaaan ini menyebabkan menurunnya kemampuan pembelajaran dalam organisasi, jika pengetahuan tersebut tidak diolah dengan baik.
d.      Technological advanced. Teknologi membuat komunikasi menjadi semakin mudah, menyebabkan ekspetasi seseorang terhadap sesuatu berubah, misalnya laporan yang dulu diterbitkan setiap bulan, dituntut untuk diterbitkan setiap minggu, atau setiap hari dengan adanya kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi. Hal ini menyebabkan seseorang dituntut untuk terus belajar.
 
Selain itu, KM juga memiliki manfaat bagi setiap individu yang ada dalam organisasi tersebut, antara lain:

[1] Meningkatkan kinerja individu tersebut, karena dengan adanya KM, banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan tanpa menunggu pihak lain.

[2] Meningkatknya sense of belonging terhadap organisasi, karena dengan adanya kegiatan knowledge sharing, pemberian penghargaan dan lain sebagainya, menjadikan hubungan antar karyawan dan karyawan dengan organisasi menjadi lebih baik.

[3] Dengan adanya ‘paksaan’ untuk belajar, membuat seseorang memiliki pengatahuan yang up-to-date. Dengan terbentuknya individu yang mau belajar dan berbagi, secara otomatis akan terbentuk suasana kerja yang nyaman dan produktif, yang berdampak positif bagi kelangsungan hidup organisasi tersebut.

1.2 Knowledge Asset di perusahaan
Knowledge asset menggambarkan sumber daya strategis dan merupakan sumber penciptaan nilai sebuah organisasi. Dalam sebuah jurnal (Schiuma, 2012) menyatakan bahwa telah banyak kontribusi baik teoritis maupun empiris untuk menyelidiki betapa pentingnya knowledge asset dalam menentukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan nilai bagi para pemangku kepentingan. Dalam beberapa dekade terakhir banyak perusahaan sengaja menyediakan pimpinan dengan kerangka kerja yang terstruktur untuk menemukan, menerapkan, berkomunikasi dan menilai sebuah strategi dengan melihat knowledge asset yang dimilikinya. Dengan kata lain, knowledge asset merupakan hal terpenting dalam sebuah perusahaan, yang terdiri dari input, proses dan output. Sebagai contoh, kepercayaan antar personil merupakan hasil dari proses informasi dan pembentukan pengetahuan di dalam sebuah organisasi. Aramburu (2006, pp 157-168), menyatakan bahwa aset sendiri dapat dikategorikan menjadi 4 tipe:

1.      Experiental knowledge asset, berisi dari tacit knowledge yang dibangun dari pengalaman-pengalaman karyawan. Dari asset knowledge ini, perusahaan dapat menggunakannya untuk mengetahui value waktu dan uang di benak karyawan dari kegiatan yang biasa dilakukan oleh para karyawan tersebut.
2.      Conceptual knowledge asset, berisi explicit knowledge yang dapat dituangkan menjadi gambar, symbol, ataupun tulisan. Dari asset ini biasanya perusahaan dapat mengetahui value waktu dan uang yang sudah tertuang ke dalam konsep atau sudah menjadi standar.
3.      Systemic knowledge asset, berisi dari explicit knowledge yang dikemas dengan sistematis. Ini biasa disebut asset informasi, contohnya seperti teknologi, manual, dokumen-dokumen, informasi mengenai pelanggan dan pemasok, spesifikasi produk. Asset ini memiliki resiko yang sangat tinggi, karena merupakan hal penting bagi perusahaan dalam menjalankan bisnis prosesnya.
4.      Routine knowledge asset, berisi tacit knowledge yang sudah tertanam dan menjadi regulasi dalam operasional dan mengandung culture, praktek, dan prosedur dalam perusahaan tersebut. Contohnya proses bisnis, sistem informasi, dan database.

2. Knowledge Audit (KA)
Pengertian knowledeg audit atau yang disingkat dengan KA banyak disalahartikan. Knowledge audit lebih pada penilaian kualitatif untuk mengetahui kondisi kesehatan pengetahuan sebuah organisasi.  

2.1 Definisi Knowledge Audit
Knowledge audit merupakan tingkatan pada program knowledge management karena knowledge audit dapat membantu untuk menyediakan proses identifikasi, kualifikasi, pengukuran dan penialaian yang akurat terhadap tacit knowledge dan explicit knowledge dalam sebuah organisasi (Cheung, 2007).

Knowledge audit dapat diartikan sebagai rencana dokumen, yang mana dapat menyediakan overview yang tersuktur dalam sebuah desain knowledge organisasi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan se-detail mungkin (Debenham, 2007). 

Dalam knowledge audit juga disediakan evaluasi berdasarkan bukti dimana sangat dibutuhkan dalam pengelolaan pengetahuan organisasi. Hal ini dapat dengan jelas digunakan untuk menunjukkan kebutuhan pengelolaan pengetahuan dalam organisasi dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang, tantangan dan resikonya.

Keuntungan
Keuntungan dari knowledge audit adalah :
a.       Membantu organisasi mengidentifikasi secara jelas pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk mendukung keseluruhan tujuan organisasi dan aktivitas individu dan tim
b.      Memberi bukti nyata tingkat pengetahuan mana yang di kelola secara efektif dan indikasi dimana dibutuhkan peningkatan
c.       Menyediakan laporan pengetahuan berdasarkan bukti yang berada dalam organisasi, dan bagaimana pengetahuan bergerak didalamnya dan digunakan oleh organisasi
d.      Menyediakan peta keberadaan pengetahuan di organisasi dan dimana berada, menunjukkan kesenjangan dan duplikasi
e.       Menunjukkan tempat penyimpanan pengetahuan yang saat ini tidak dimanfaatkan dengan baik dan untuk menawarkan potensi itu.
f.       Menyediakan peta pengetahuan dan arus komunikasi dan jaringan, menunjukkan praktek yang baik dan halangan dan hambatannya
g.      Menyediakan tempat penyimpanan asset pengetahuan, memberikannya menjadi lebih kelihatan dan lebih bisa diukur dan dipertanggungjawabkan dan memberikan pemahaman yang jelas dari kontribusi pengetahuan untuk pelaksanaan organisasi
h.      Menyediakan informasi vital untuk pengembangan program pengelolaan pengetahuan yang efektif dan inisiatif yang berkaitan langsung dengan kebutuhan pengetahuan khusus organisasi dan situasi saat ini  

Ada berbagai pendekatan untuk mengadakan knowledge audit, dengan berbagai tingkat ulasan dan ketelitian. Sebagian besar knowledge audit akan melibatkan :
·                     Identifikasi kebutuhan pengetahuan
Pendekatan umum untuk mengumpulkan informasi ini termasuk survey berdasar kuesioner, interview dan fasilitas kelompok diskusi atau kombinasi diantaranya. Dalam menanyakan orang tentang kebutuhan pengetahuan, ini penting untuk menyediakan titik focus, pengetahuan dapat dilihat sebagai konsep dan oleh karena itu sulit untuk diartikulasikan.
·                     Menyiapkan inventarisasi pengetahuan
Inventaris pengetahuan adalah semacam “stock-take” untuk mengidentifikasi dan mengetahui asset pengetahuan atau sumber daya melalui organisasi. Itu termasuk menghitung dan mengkategorisasi pengetahuan eksplisit dan tacit organisasi.
·                     Menganalisis alur pengetahuan
Analisis alur pengetahuan melihat pengetahuan eksplisit dan tacit, dan pada orang, proses dan sistem:
a.       Fokus pada : sikap, kebiasaan dan tingkah laku, ketrampilan, berbagi dan penggunaan pengetahuan
b.      Untuk proses, akan melihat bagaimana orang-orang dengan aktifitas kerja dan bagaimana mencari pengetahuan, berbagi dan menggunakan pengetahuan adalah bagian dari kegiatan tersebut
c.       Disisi sistem, beberapa evaluasi membutuhkan kemampuan kunci yang akan digunakan dalam beberapa kegiatan yang direkomendasikan atau solusi. Ini termasuk infrastruktur teknik: sistem IT, content management, dll.
d.      Analisis alur pengetahuan akan memberikan identifikasi kesenjangan pada pengetahuan yang dimiliki organisasi dan wilayah duplikasi.
·                     Menciptakan peta pengetahuan
Peta pengetahuan adalah representasi visual dari pengetahuan organisasi. Ada 2 pendekatan umum untuk pemetaan pengetahuan
a.       Peta sumber daya dan asset pengetahuan, menunjukkan keberadaan pengetahuan dalam organisasi dan dimana itu dapat ditemukan
b.      Alur pengetahuan, menunjukkan bagaimana pengetahuan bergerak dari mana dan kemana itu dibutuhkan

2.2 Komponen KA
Mearns (2008), menyatakan bahwa knowledge audit terdiri dari tiga komponen, yaitu: identification, qualification, dan measurement.
   2.2.1 Knowledge Identification
            Dalam tahap ini, knowledge diidentifikasi dengan melihat knowledge apa saja yang dibutuhkan dalam sebuah organisasi. Umumnya knowledge pada perusahaan besar sudah ditangkap dan didistribusikan pada tools atau repository.
   2.2.2 Knowledge Qualification
            Setelah dilakukan identifikasi maka langkah selanjutnya adalah dengan membuat pengelopokan knowledge apa saja yang dianggap penting dan tidak penting. Dengan begitu organisasi dapat lebih efisien dalam mejalankan program knowledge management.
   2.2.3 Knowledge Measurement
            Langkah terakhir yaitu dengan mengukur dan menilai apakah knowledge yang tersedia dan telah ditangkap oleh organisasi sudah benar atau belum. Hal ini dapat bertujuan untuk mengetahui kelemahan, keunggulan, ancaman, resiko dan peluang sebuah knowledge.

3. Business Process
Proses bisnis merupakan inti dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan karena proses bisnislah yang mendaya gunakan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan. Proses bisnis yang dimiliki perusahan satu dengan yang lainnya pastilah berbeda atau memiliki keunikan sesuai dengan karakteristik dari bidang usaha yang dijalankan perusahaan tersebut.
Lebih dari satu dekade, proses bisnis menjadi hal yang menarik bagi peneliti maupun praktikan. Para ahli mendefinisikan proses bisnis secara berbeda-beda. Proses bisnis merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan bisnis (Han, 2009).
Sedangkan Trakman (2010), mendefinisikan proses bisnis sebagai serangkaian aktivitas yang secara lengkap dan dinamis telah terkoordinasi yang harus dilaksanakan untuk menyampaikan value ke pelanggan atau untuk memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan.

3.1 Pemetaan Bisnis Proses
            Pemetaan bisnis proses dapat dilakukan dengan jalan merinci bisnis proses perusahaan dengan menggunakan berbagai tools yang ada. Dalam hal ini, nantinya akan dilakukan pemetaan dengan menggunakan IDEF0. IDEF (Integration DEFinition) adalah nama yang biasa digunakan untuk menunjukkan klasifikasi dari bahasa pemodelan sebuah perusahaan. IDEF biasa digunakan untuk aktivitas pemodelan yang diperlukan untuk mendukung analisis sistem, disain, kemajuan atau pengintegrasian. Sebenarnya IDEF bertujuan untuk meningkatkan komunikasi antara orang-orang yang ingin mengerti tentang sistem, saat ini IDEF digunakan untuk dokumentasi, pemahaman, disain, analisa, perencanaan dan pengintegrasian.

3.2 Business Performance
Hyeon (2004), menyatakan bahwa “ Performance or business performance is both financial and organizational”.
Kinerja keuangan berpengaruh langsung terhadap bagaimana cara sebuah produk atau servis mampu hadir ke publik. Banyak cara dalam menghitung kinerja keuangan, beberapa diantaranya adalah revenue, economic value added (EVA), dan profit. Umumnya fakta dari pengembangan keuangan perlu dilakukan terlebuh dahulu sebelum melakukan program knowledge management.
Berbeda dengan financial performance yang lebih mudah diukur, organizational performance sangat sulit untuk diukur, sehingga dapat ditunjukkan dengan melihat dari berapa jumlah ide baru yang muncul, jumlah produk baru, dan tingkat kepuasan.

5.      Hubungan Business Performance dan Knowledge Management
Jung (2006), mengemukakan bahwa ada dua hal yang menunjukkan keterkaitan antara knowledge management  dengan business process, yaitu:
First, knowledge is used by performers of business processes and new knowledge is created as result of business process”.
“Second, Information about a process itself and process execution results is valuable corporate knowledge”.

Dengan penerapan knowledge management yang baik maka akan mempengaruhi kinerja perusahaan sehingga akan berujung pada peningkatan kinerja bisnis perusahaan. Namun apabila yang terjadi adalah sebaliknya, maka akan terjadi penyumbatan pada aliran bisnis proces perusahaan dan akan berakibat pada semakin menurunnya kinerja bisnis perusahaan.

5. IMPaKT
            Sebuah strategi knowledge management tidak boleh hanya berfokus pada memfasilitasi perubahan dari beberapa tipe knowledge di organisasi, namun juga diharapkan mampu menyediakan mekanisme evaluasi untuk mengukur efektifitas dan efisiensi dari strategi tersebut.
            Hyeon, (2004) menyatakan bahwa terdapat tiga kerangka kerja dari knowledge transformation (IMPaKT) yang telah yang telah dikembangkan untuk menghubungkan knowledge management dan performance improvement.

6. Metode KP3
Singkatnya metode KP3 merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menilai seberapa besar kontribusi knowledge  di dalam kinerja bisnis perusahaan (business performance). Pada dasarnya blok dari metode ini terdiri empat komponen, yaitu: knowledge, Process, Product, dan Performace.

Gb. Overview KP3 Metodelogi

Gap Penelitian:
Dari beberapa jurnal disebutkan bahwa knowledge merupakan hal yang sulit untuk diukur sehingga sebagian besar dari mereka hanya melakukan penelitian sebatas melihat apakah knowledge yang diterapkan sudah baik dan memenuhi syarat perusahaan. Hanya beberapa jurnal yang meneliti business performance dengan penerapan knowledge management, tetapi tidak menghasilkan perhitungan dampak business performance dan knowledge management. Sehingga penelitian selanjutnya bertujuan untuk melihat adakah dampak hubungan antara business performance dengan knowledge management dan menghitung profit yang dihasilkan dengan menerapkan KM yang baik.

Referensi

N. Aramburu, J. Sáenz & O. Rivera. (2006) Fostering innovation and knowledge creation: the role of management context. Journal of Knowledge Managemen, vol. 10, no. 3, pp.157-168.

Han, K. H. (2009). Two-Stage Process Analysis Using The Process-Based Performance Measurement Framework and Business Process Simulation. Expert System With Applications, 7080-7086.

Trakman, P. (2010). The Critical Success Factors of Business Process Management . International Journal of Information Management, 30, 125-134

C.F. Cheung, dkk. (2007). A systematic approach for knowledge auditing: a case study in transportation sector, International Journals.

Jae-Hyeon, dkk. (2004). Assessing the contribution of knowledge to business performance: the KP3 Methodology, International Journals.

Patricia M Carrillo, dkk. (2003). IMPaKT: A Framework for linking knowledge management to business performance, International Journals.

Jung. Jisoo, dkk. (2006). An integration architecture for knowledge management systems and business process management systems. Computers in Industry, no. 58, pp. 21-34.

Kamis, 04 April 2013

Metodologi Penelitian Part 6 >> Bab I Pendahuluan


BAB I
PENDAHULUAN 

1.1  Latar Belakang
Tuntutan akan persaingan yang semakin berat di era globalisasi dengan di
warnai maraknya inovasi juga dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat sebuah industri harus merubah pradigma yang semula mengandalkan pada resource based menjadi knowledge based yang bertumpu pada ilmu pengetahuan tertentu. Dengan kata lain, kompetisi saat ini tidak lagi berdasarkan pada sumber daya alam semata, namun berpindah pada pemanfaatan sumber daya manusia secara optimal. Pemanfaatan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui peningkatan potensi kreativitas, inovasi dan skill sehingga dapat meningkatkan produktivitas suatu industri. Dalam hal ini knowledge management (KM) memiliki peranan untuk menuntun pengelolaan intangible assets yang menjadi pilar perusahaan dalam menciptakan sebuah nilai kepada pelangganya. King (2001), menganggap knowledge management (KM) sebagai strategi penting bagi perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Hal ini didukung dengan adanya kebutuhan akan sebuah knowledge yang diharapkan mampu mengarahkan perusahaan tetap handal, berkesinambungan dan memiliki daya saing yang tinggi dalam menghadapi persaingan. Tanpa produk dan layanan yang inovatif, perusahaan akan tertinggal dari para kompetitornya. Dalam penerapannya knowledge management (KM) dibagi menjadi dua, yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge.
Berdasarkan pengertiannya tacit knowledge dikategorikan sebagai personal knowledge (knowledge yang diperoleh dari individu/perorangan), sedangkan explicit knowledge merupakan segala bentuk knowledge yang telah direkam dan didokumentasikan sehingga nantinya lebih mudah untuk dikelola dan didistribusikan. Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh  Delphi Group menunjukkan bahwa  knowledge yang tersimpan dalam sebuah perusahaan terbagi atas 42% berada di pikiran (otak) karyawan, 26% berupa dokumen kertas, 20% berupa dokumen elektronik, dan sisanya 12% berupa knowledge based elektronik (Setiarso, 2009). Dengan begitu, implementasi knowledge management pada sebuah industri berujuan untuk merangsang munculnya inovasi dan menyediakan kanal yang luas untuk munculnya ide-ide yang kreatif dan knowledge yang baru dari sleuruh anggota persahaan. Selain itu, penerapan knowledge management melalui kolaborasi dan penyediaan knowledge, akan mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikan inovasi menjadi sebuah produk untuk pelanggan, menjadi lebih singkat.
Namun, saat ini banyak program knowledge management (KM) yang gagal karena kurangnya pengetahuan dalam KM dan pengetahuan di industri tersebut (Guptara, 2000). Jika sebuah industri tidak mengetahui knowledge apa yang telah dan belum dimilikinya, serta knowledge apa yang penting baginya, maka akan sulit dan sangat beresiko untuk mengimplementasikan strategi perusahaan dan hanya akan mensia-siakan sumber daya yang ada. Sehingga, dibutuhkan adanya tahapan pengauditan akan knowledge management yang lebih dikenal dengan knowledge audit (KA). Knowledge audit sendiri merupakan tahapan untuk program knowledge management dalam membantu memberikan identifikasi, kualifikasi, pengukuran dan penilaian yang akurat terkait tacit dan explicit knowledge pada sebuah industri. Menurut Hylton (2002), knowledge audit merupakan sebuah ujian sistematis dan bersifat ilmiah serta sebuah evaluasi dari explicit dan tacit knowledge perusahaan. Knowledge audit mampu mengungkapkan kebutuhan, kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman dan resiko akan knowledge management.
Penerapan knowledge management serta knowledge audit berkaitan erat dengan business process performance dan revenue sebuah industri. Menurut Tobing (2007), penerapan pengelolaan knowledge management (KM) yang efektif sebenarnya dapat dilihat jika KM sudah memberikan dukungan terhadap proses-proses utama di perusahaan, misalnya: proses penyempurnaan proses bisnis, intelijen bisnis (business intelligence), pengembangan produk dan inovasi. Biasanya integrasi knowledge dengan proses bisnis dapat dilakukan oleh personil yang menjadi penanggung jawab dan eksekutor suatu proses.
Penerapan knowledge management pada sebuah perusahaan merupakan sebuah proses yang panjang dan membutuhkan waktu yang lama, serta mencangkup perubahan perilaku semua karyawan yang tidak mungkin dilakukan dengan mudah karena dibutuhkan sosialisasi yang memakan waktu. Seperti halnya perusahaan konstruksi dimana sudah cukup banyak perusahaan konstruksi yang menerapkan knowledge management. Namun, seringkali melupakan apakah penerapan yang dilakukan sudah baik dan mampu meningkatkan proses bisnis perusahaan yang akan berujung pada peningkatan revenue perusahaan. Beberapa jurnal yang membahas mengenai knowledge management hanya sebatas melihat apakah penciptaan dan penerapan yang dilakukan sudah sesuai dengan kondisi perusahaan (Nonaka, 2006). Sedangkan tidak banyak penelitian yang membahas mengenai pengukuran knowledge dan melihat apakah dampak yang ditimbulkan oleh KM dapat mempengaruhi business performance dan revenue perusahaan.
Oleh sebab itu, sebuah industri diharuskan untuk mengukur knowledge management yang telah diterapkan dengan tujuan melihat apakah penerapan yang dilakukan selama ini sudah efektif. Penelitian ini difokuskan untuk mengukur dan menaksir kontribusi KM (menerapkan tahapan knowledge audit) dan business performance sebuah industri serta peningkatan revenue yang dihasilkan dengan menggunakan metode KP3, framework IMPaKT, dan BCR. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi perbaikan dengan melihat hasil pengukuran yang telah dilakukan guna meningkatkan business peroformance perusahaan.   

1.2  Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan sebagai berikut:
·         Mengukur penerapan knowledge management di sebuah industri konstruksi dengan menggunakan framework IMPaKT.
·         Menaksir kontribusi knowledge management dan business performance dengan menggunakan metode KP3.
·         Melihat peningkatan revenue dari hasil pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya.
  
1.3  Batasan Penelitian dan Asumsi
Batasan
·         Penelitian ini akan dibatasi pada perusahaan konstruksi kelas menengah
·         Penelitian ini hanya memberikan hasil pengukuran dan penaksiran
Asumsi
Tidak ada perubahan implementasi knowledge management selama penelitian berlangsung

1.4  Manfaat Penelitian
Perusahaan
·         Mengembangkan implementasi knowledge management perusahaan
·      Mengetahui hubungan knowledge management, business performace dan benefit cost bagi perusahaan
Pekerja
·         Meningkatkan knowledge management pekerja